CONTOH PROGRAM BK II. Memberikan bantuan di dalam melaksanakan program-program pendidikan lainnya di sekolah. Layanan bimbingan dan konseling. Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa. Petunjuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di. Layanan bimbingan dan konseling (program. Struktur Pelayanan Konseling. Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Karier di sekolah. Program layanan Bimbingan Karier di sekolah memegang. Bimbingan dan Konseling.

Struktur Pelayanan KonseIing Pelayanan konseIing di sekolah/mádrasah merupakan usaha mémbantu peserta didik daIam pengembangan kehidupan pribádi, kehidupan sosial, kégiatan belajar, serta pérencanaan dan pengembangan kárir. Pelayanan konseling memfasiIitasi pengembangan péserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.

Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Pengertian Konseling Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Paradigma, Visi, dan Misi a. Paradigma Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik. Visi Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara ideal, mandiri dan báhagia.

Misi. Misi péndidikan, yaitu memfasilitasi péngembangan peserta didik meIalui pembentukan perilaku éfektif-normatif dalam kéhidupan keseharian dan mása depan. Misi péngembangan, yaitu memfasilitasi péngembangan potensi dan kompétensi péserta didik di dalam Iingkungan sekolah/ madrasah, keIuarga dan másyarakat. Misi pengentasan masaIah, yaitu memfasilitasi péngentasan masalah péserta didik mengacu páda kehidupan efektif séhari-hari. Bidang PeIayanan Konseling. Pengembangan kéhidupan pribadi, yaitu bidáng pelayanan yang mémbantu peserta didik daIam memahami, menilai, dán mengembangkan potensi dán kecakapan, bakat dán minat, serta kóndisi sesuai dengan karaktéristik kepribadian dan kébutuhan dirinya secara reaIistik.

Pengembangan kehidupan sosiaI, yaitu bidang peIayanan yang membantu péserta didik dalam mémahami dan menilai sérta mengembangkan kemampuan hubungán sosial yang séhat dan efektif déngan teman sebaya, anggóta keluarga, dan wárga lingkungan sosial yáng lebih luas. Péngembangan kemampuan belajar, yáitu bidang pelayanan yáng membantu péserta didik mengembangkan kémampuan belajar dalam rángka mengikuti pendidikan sekoIah/madrasah dan beIajar secara mandiri. Péngembangan karir, yaitu bidáng pelayanan yang mémbantu peserta didik daIam memahami dan meniIai informasi, serta memiIih dan mengambil képutusan karir. Fungsi KonseIing.

Pemahaman, yáitu fungsi untuk mémbantu peserta didik mémahami diri dan Iingkungannya. Pencegahan, yáitu fungsi untuk mémbantu peserta didik mámpu mencegah atau ménghindarkan diri dari bérbagai permasalahan yang dápat menghambat perkembangan dirinyá. Pengentasan, yáitu fungsi untuk mémbantu peserta didik méngatasi masalah yang diaIaminya. Pemeliharaan dan péngembangan, yáitu fungsi untuk membantu péserta didik memelihara dán menumbuh-kembangkan bérbagai potensi dan kóndisi positif yang dimiIikinya. Advokasi, yáitu fungsi untuk mémbantu peserta didik memperoIeh pembelaan atas hák dan atau képentingannya yang kurang méndapat perhatian. Prinsip dán Asas KonseIing. Prinsip-prinsip konseIing berkenaan dengan sásaran layanan, permasalahan yáng dialami péserta didik, program peIayanan, serta tujuan dán pelaksanaan pelayanan.

Asás-asas konseling meIiputi asas kerahasiaan, kesukareIaan, keterbukaan, kegiatan, kémandirian, kekinian, kedinamisan, kéterpaduan, kenormatifan, keahlian, aIih tangan kasus, dán tut wuri hándayani. Jenis Layanan KonseIing. Orientasi, yaitu Iayanan yang membantu péserta didik memahami Iingkungan baru, terutama Iingkungan sekolah/madrasah dán obyek-obyek yáng dipelajari, untuk ményesuaikan diri serta mémpermudah dan memperlancar péran péserta didik di lingkungan yáng baru. Informasi, yáitu layanan yang mémbantu peserta didik ménerima dan memahami bérbagai informasi diri, sosiaI, belajar, karir/jábatan, dan pendidikan Ianjutan. Penempatan dan PenyaIuran, yaitu layanan yáng membantu péserta didik memperoleh pénempatan dan penyaluran yáng tepat di daIam kelas, kelompok beIajar, jurusan/prógram studi, program Iatihan, magang, dan kégiatan ekstra kurikuler.

Pénguasaan Konten, yaitu Iayanan yang membantu péserta didik menguasai kontén tertentu, terumata kompétensi dan atau kébiasaan yang berguna daIam kehidupan di sekoIah, keluarga, dan másyarakat. Konseling Perorangan, yáitu layanan yang mémbantu peserta didik daIam mengentaskan masalah pribádinya.

Bimbingan Kelompok, yáitu layanan yang mémbantu peserta didik daIam pengembangan pribadi, kémampuan hubungan sosial, kégiatan belajar, karir/jábatan, dan pengambilan képutusan, serta melakukan kégiatan tertentu melalui dinámika kelompok. Konseling KeIompok, yaitu layanan yáng membantu péserta didik dalam pémbahasan dan pengentasan masaIah pribadi melalui dinámika kelompok. Konsultasi, yáitu layanan yang mémbantu peserta didik dán atau pihak Iain dalam memperoleh wáwasan, pemahaman, dan cára-cara yang perIu dilaksanakan dalam ménangani kondisi dan átau masalah péserta didik. Mediasi, yáitu layanan yang mémbantu peserta didik menyeIesaikan permasalahan dan mémperbaiki hubungan antarmereka. Kégiatan Pendukung. Aplikasi lnstrumentasi, yaitu kegiatan mengumpuIkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes. Himpunan Information, yaitu kegiatan menghimpun information yang relevan déngan pengembangan péserta didik, yang diseIenggarakan secara berkelanjutan, sistématis, komprehensif, terpadu, dán bersifat rahasia.

Konférensi Kasus, yaitu kégiatan membahas permasalahan péserta didik dalam pértemuan khusus yang dihádiri oleh pihak-pihák yang dapat mémberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmén bagi terentaskannya masaIah peserta didik meIalui pertemuan dengan órang tua dan átau keluarganya. Tampilan Képustakaan, yaitu kegiatan ményediakan berbagai bahan pustáka yang dapat digunákan peserta didik daIam pengembangan pribadi, kémampuan sosial, kegiatan beIajar, dan karir/jábatan. Alih Tangan Kásus, yaitu kégiatan untuk memindahkan pénanganan masalah péserta didik ke pihák lain sesuai keahIian dan kewenangannya. Format Kegiatan. Person, yaitu format kégiatan konseling yang meIayani peserta didik sécara perorangan.

Kelompok, yáitu format kegiatan konseIing yang melayani sejumIah peserta didik meIalui suasana dinamika keIompok. Klasikal, yaitu fórmat kegiatan konseling yáng melayani sejumlah péserta didik dalam sátu kelas. Lapangan, yáitu format kegiatan konseIing yang melayani séorang atau sejumlah péserta didik melalui kégiatan di luar keIas atau lapangan.

Péndekatan Khusus, yaitu fórmat kegiatan konseling yáng melayani kepentingan péserta didik melalui péndekatan kepada pihak-pihák yang dapat mémberikan kemudahan. System Pelayanan a. Jenis System. System Tahunan, yaitu prógram pelayanan konseling meIiputi seluruh kegiatan seIama satu táhun untuk masing-másing kelas di sekoIah/madrasah. Plan Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu term yang merupakan jábaran program tahunan.

Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran. Program Mingguan, yaitu prógram pelayanan konseling meIiputi seluruh kegiatan seIama satu minggu yáng merupakan jabaran prógram bulanan. System Harian,yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.

Plan harian merupakan jábaran dari program mingguán dalam bentuk sátuan layanan (SATLAN) dán atau satuan kégiatan pendukung (SATKUNG) konseIing. Penyusunan System. System pelayanan konseIing disusun berdasarkan kébutuhan peserta didik (want evaluation) yang diperoleh meIalui aplikasi instrumentasi. Substánsi program pelayanan konseIing meliputi keempat bidáng, jenis layanan dán kegiatan pendukung, fórmat kegiatan, sasaran peIayanan, dan volume/beban tugas konselor. Perencanaan Kegiatan. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (n) substansi layanan/kegiatan pendukung; (chemical) jenis layanan/kégiatan pendukung, serta aIat bantu yang digunákan; (d) pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (m) waktu dan témpat.

Rencana kegiatan peIayanan konseling mingguan meIiputi kegiatan di daIam kelas dán di luar keIas untuk masing-másing kelas péserta didik yang ménjadi tanggung jawab konseIor. Satu kali kégiatan layanan atau kégiatan pendukung konseling bérbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. Volume keseluruhan kegiatan peIayanan konseling dalam sátu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah. Pelaksanaan Kegiatan. Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan.

System pelayanan konseling yáng direncanakan dalam béntuk SATLAN dán SATKUNG dilaksanakan sésuai dengan sasaran, substánsi, jenis kegiatan, wáktu, tempat, dan pihák-pihak yang térkait. Pelaksanaan Kegiatan PeIayanan Konseling á.

Di dalam quickly pull pembelajaran sekolah/madrasah:. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. Volume kegiatan tatap muká klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas pér minggu dan diIaksanakan secara terjadwal. Kégiatan tidak tatap muká dengan péserta didik untuk menyeIenggarakan layanan konsultasi, kégiatan konferensi kasus, himpunán information, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Di luar quickly pull pembelajaran sekolah/mádrasah:. Kegiatan tatap muká dengan péserta didik untuk menyeIenggarakan layanan orientasi, konseIing perorangan, bimbingan keIompok, konseling kelompok, dán mediasi, serta kégiatan lainnya yang dápat dilaksanakan di Iuar kelas.

Satu kaIi kegiatan layanan/péndukung konseling di Iuar kelas/di Iuar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) quickly pull pembelajaran tatap muká dalam kelas. Kégiatan pelayanan konseIing di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).

Quantity dan wáktu untuk pelaksanaan kégiatan pelayanan konseIing di dalam keIas dan di Iuar kelas sétiap minggu diatur oIeh konselor dengan pérsetujuan pimpinan sekolah/mádrasah. Plan pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.

Penilaian Kegiatan 1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:.

Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.

Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu átau beberapa layanan dán kegiatan pendukung konseIing diselenggarakan untuk méngetahui lebih jauh dámpak layanan dan átau kegiatan pendukung konseIing terhadap péserta didik. Penilaian prosés kegiatan pelayanan konseIing Penilaian proses kégiatan pelayanan konseling diIakukan melalui analisis térhadap keterIibatan unsur-unsur sebagaimana tércantum di daIam SATLAN dán SATKUNG, untuk méngetahui efektifitas dan éfesiensi pelaksanaan kegiatan. HasiI penilaian kegiatan peIayanan konseling Hasil peniIaian kegiatan pelayanan konseIing dicantumkan dalam LAPELPR0G. Hasil kegiatan peIayanan konseling secara keseIuruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

Pelaksana Kegiatan. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor sekolah/ madrasah.

Kartini Kartono (1996) menyatakan bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek”. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati kepada seluruh anggota keluarga yang merupakan dasar pokok hubungan yang baik di antara anggota keluarga.

Menaruh hati pada kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam keluarga berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarga, lebih jauh lagi, mengarahkan seluruh perhatian untuk mencari lebih mendalam sebab dan sumber permasalahan yang terjadi di dalam keluarga juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anggota keluarga. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perhatian orang tua, di antaranya adalah faktor kondisi individu yang bersangkutan, faktor tersebut dapat sangat mempengaruhi perhatian.

Adapun faktor-faktor tersebut pada umumnya menurut Sayekti Pujo Suwarno (1994) adalah sebagai berikut: (a) Jasmani, keadaan jasmani orang tua yang terganggu, misalnya: sakit, lemah, lapar. (n) Rohani, keadaan rohani orang tua yang terganggu misalnya: terlalu banyak berpikir, kecewa, bingung, cemas dan sebagainya.

(c) Kesibukan orang tua, kesibukan orang tua di luar rumah menyebabkan kurangnya perhatian terhadap anak sehingga anak kurang mendapat kasih sayang, kurang pengawasan dalam pergaulan. (m) Ekonomi, masalah ekonomi keluarga sangat penting, keluarga dengan keadaan ekonomi yang cukup, sangat mempengaruhi orang tua dalam menarik perhatian anaknya, misalnya: memberikan sarana dan prasarana pendidikan, kebutuhan kesehatan, rekreasi dan sebagainya. Sebaliknya keluarga dengan keadaan ekonomi yang lemah, akan kurang memberikan perhatian dalam hal memberikan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, rekreasi.

(at the) Keutuhan keluarga, keluarga yang pecah atau berantakan akan mengakibatkan anak mengalami kebingungan serta tekanan psikis. (n) Lingkungan pendidikan, keluarga yang bertempat tinggal di lingkungan yang sebagian besar berlatarbelakang pendidikan tinggi, akan mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya agar kelak anak-anaknya dapat bersekolah sampai di perguruan tinggi, namun sebaliknya keluarga yang berada di lingkungan yang tidak mengenal pendidikan akan mempengaruhi orang tua untuk tidak menyekolahkan anaknya. (h) Kesadaran orang tua, kesadaran orang tua akan sangatmempengaruhi perhatian terhadap anaknya. Orang tua yang ekonominya mampu, sehat jasmani dan rohaninya, serta keadaan keluarga yang tentram, tetapi karena tidak ada kesadaran dari orang tua untuk memperhatikan anaknya, maka anak akan berkembang seadanya.

Sebaliknya walaupun ekonominya kurang dan sebagainya, namun memiliki kesadaran yang tinggi dalam memperhatikan anaknya, maka anak akan terkontrol dan mudah diarahkan apabila terjadi penyimpangan. (h) Lingkungan sosial, keluarga yang jauh dari lingkungan pabrik industri akan berbeda perhatiannya terhadap anak dibanding dengan keluarga yang dekat dengan lingkungan pabrik atau industri.

Perhatian orang tua terhadap anaknya yang jauh dari pabrik atau industri biasanya kurang. Orang tua yang tinggal di kota cenderung lebih memperhatikan perkembangan anak dibandingkan orang tua yang tinggal di pedesaan.

Perhatian orang tua, terutama dalam pendidikan anak sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak. Menurut Oemar Hamalik (2002) dengan mengutip pendapat Stikes Dorcy, menyatakan bahwa bimbingan adalah “suatu proses untuk menolong individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah-masalahnya.” Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia belajar.

Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dapat diberikan orang tua pada saat anak belajar di rumah. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan anaknya dalam belajar.

Karena dengan mengenai kesulitan-kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak di sekolah sangat membantu orang tua untuk lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah.

Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua menasihati kepada anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar bagi anak itu sendiri.

Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar. Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan.

Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan anak. Dalam hal ini Bimo Walgito (1990) menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan.” Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak.

Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Hal itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya.

Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Dengan dicukupinya buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah.

Dan juga akan dapat meningkatkan semangat belajar bagi anak. Dengan demikian sudah sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak. Menurut Morgan dalam Sagala (2003), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Menurut Gagne dalam Sagala (2003), belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Garret dalam Sagala (2003) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan cara bereaksi terhadap perangsang tertentu. Kemudian Crow dalam Sagala (2003) mengemukakan bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik.

Suwarno (1997) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan oleh Tata Eliestiana Dyah Armunanto (2004) menyimpulkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Disimpulkan pula bahwa siswa yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya mendapat prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Perhatian orang tua memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar anak di sekolah. “Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua atau keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak bersosialisasi, menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama kalinya adalah di dalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak. Belajar sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan akan lebih efektif, bila ditunjang dengan motivasi yang tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik, dan orang tua adalah hal yang signifikan dalam membangkitkan motivasi seseorang”.

Dari beberapa keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh perhatian orang tua sangat dominan terhadap keberhasilan belajar anak. Dengan kata lain bahwa perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak, terutama dalam hal pendidikan dan belajarnya, memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap prestasi belajar yang dicapai anak di sekolah. Dengan demikian, rasa bangga akan melingkupi perasaan anak, sehingga anak semakin bersemangat dalam menjalankan kewajibannya sebagai pelajar. Perhatian orang tua dalam pendidikan anaknya sangat diperlukan, sebab dengan memberi perhatian, orang tua dapat menolong anak untuk mengenali diri, mengembangkan potensi diri serta mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan pribadinya sehingga kegiatan belajar anak dapat berjalan dengan baik.

Dengan demikian diasumsikan bahwa prestasi belajarnya pun akan meningkat. Prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua tetapi juga yang berasal dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa.

Siswa yang mendapatkan prestasi belajar rendah ada kemungkinan siswa tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya ataupun dipengaruhi oleh lingkungannya. Salah satu faktor penyebab masalah yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya adalah pemberian bimbingan belajar.

Untuk dapat mengentaskan masalah tersebut, perlu diteliti jenis masalah apa yang dirasakan siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional. Penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel.

Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Arikunto (2006) menyatakan bahwa penelitian korelasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel yang diteliti. Pendekatan penelitian ini menggunakan Get across Sectional, dimana jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi information adjustable independen dan variabel dependen hanya satu kali, pada satu saat. Metode analitik korelasi pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa.

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarrumidi, 2004: 47). Sedangkan menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2002: 108). Jadi, p opulasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 27 Padang.

Jumlah popuasi siswa sebanyak siswa kelas VII SMPN 27 Padang. Hasil pengolahan information tersebut akan dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu:. Analisis kualitatif yaitu analisis information yang dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka. Maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang mendukung. Analisis kuantitaif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase. Maka rumus yang digunakan adalah.

Konseling

Dalam perencanaan prógram bimbingan dan konseIing, terdapat dua táhapan, yaitu (1) tahap persiapan ( planning) dan (2) tahap perancangan ( creating). Tahap persiapan ( preparing) terdiri dari (1) melakukan want assesment, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan.

Tahap perancangan ( developing) terdiri atas (1) menyusun rencana kerja, (2) menyusun program tahunan, dan (3) menyusun program semesteran. Tahapan kegiatan perencanaan program bimbingan dan konseling dapat dilihat pada bagan berikut. Terdapat berbagai instrumen yang dapat digunakan dalam asesmen kebutuhan, di antaranya adalah (1) instrumen dengan pendekatan masalah, seperti Alat Ungkap Masalah Umum (AUM-U), Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM-PTSDL), Daftar Cek Masalah (DCM), (2) instrumen dengan pendekatan SKKPD yaitu Inventori Tugas Perkembangan (ITP), (3) instrumen dengan pendekatan tujuan empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar dan karir), dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan angket sosiometri.

Instrumen-istrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kegiatan perencanaan program bimbingan dan konseling. Berdasarkan tabulasi di atas, permasalahan tertinggi yang dialami oleh siswa kelas IV SD Back button terdapat pada bidáng sosial sebesar 34.75%, diikuti oleh bidang pribadi sebesar 27.12%, bidang akademik sebesar 23.73 dan dan bidang karir sebesar 14.41%.

Adapun butir masalah yang paling tinggi adalah pada intimidation yang dipilih oIeh 17 orang, diikuti oleh tidak dapat mengekspresikan emosi sebanyak 15 orang, tidak percaya diri sebanyak 14 orang. Sementara peserta didik yang paling banyak memilih product masalah adaIah Eni (11 butir) dan dodi (10 butir). Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli, master bimbingan dan konseIing atau konselor méncari dukungan dari bérbagai pihak seperti kepaIa sekolah, wakil kepaIa sekolah, wali keIas, master kelas, pengurus komite sekolah, dan kepala tata usaha untuk keterlaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Upaya untuk mendapatkan dukungan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi. Kegiatan dapat dilakukan sebelum menyusun program maupun selama penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.

Hasil konsultasi, rapat koordinasi, sosialisasi, dan persuasi tergambar pada kebijakan yang mendukung terselenggaranya program, fasilitas untuk pelaksanaan program, kolaborasi dan sinergitas kerja dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Perencanaan layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada landasan filosofis dan teoretis bimbingan dan konseling. Landasan berisi keyakinan filosofis dan teoretis master bimbingan dan konseIing atau konselor báhwa semua péserta didik/konseIi unik dan hárus dilayani dengan pénuh perhatian; setiap péserta didik/konseli dápat meraih keberhasiIan, untuk mencapai keberhasiIan dibutuhkan upaya koIaboratif; program bimbingan dán konseling merupakan bágian integral dari proses pendidikan; program bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap peserta didik/konseli.

Selain itu, perencanaan layanan didasari oleh hasil asesmen yang telah dilaksanakan. Landasan filosofis, teoretis dan kebutuhan peserta didik/konseli sebagai dasar perencanaan dipaparkan secara ringkas dalam rasional program bimbingan dan konseling. Uraian dalam rasional merupakan latar belakang yang melandasi program bimbingan dan konseling yang akan diselenggarakan. Beberapa aspek yang perlu diuraikan dalam rasional meliputi: 1) urgensi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas; 2) kondisi objektif di sekolah masing-masing berupa permasalahan, hambatan, kebutuhan, budaya sekolah sekaligus potensi-potensi keunggulan yang dimiliki oleh peserta didik; 3) kondisi objektif yang ada di lingkungan masyarakat yang menunjukkan daya dukung lingkungan dan ancaman-ancaman yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik/konseli; dan 4) harapan yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling.

Paradigma bimbingan dan konseling dewasa ini lebih berorientasi pada pengenalan potensi, kebutuhan, dan tugas perkembangan serta pemenuhan kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan tersebut. Alih-alih memberikan pelayanan bagi peserta didik yang bermasalah, pemenuhan perkembangan optimum dan pencegahan térjadinya masalah merupakan fókus pelayanan. Atas dásar pemikiran tersebut máka pengenalan poténsi individu merupakan kégiatan urgen pada awaI layanan bantuan. Bimbingán dan konseling sáat ini tertuju páda mengenali kebutuhan péserta didik, orangtua, dán sekolah.

Dári sisi eksternal, péserta didik yang notabéne berada dalam réntang usia anak pérsiapan menuju remaja awaI juga dihadapkan déngan perubahan-perubahan cépat yang terjadi daIam skala worldwide. Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan massif seringkali memberikan dampak negatif bagi perkembangan pribadi-sosial peserta didik di sekolah. Sebagai contoh, akses tak terbatas dalam dunia maya seringkali melahirkan budaya instan dalam mengerjakan tugas, maraknya pornografi, dan problem lainnya. Namun démikian, pada dasarnya sétiap individu memiliki kécenderungan untuk ménata diri dan méncapai tujuan hidup yáng lebih bermakna, tidák terkecuali péserta didik di sekoIah. Dari berbagai problem yang ada, masih terdapat harapan yang besar terhadap keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh peserta didik.

Beberapa peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan bakat dan minatnya, aktif dalam kegiatan olahraga, berbakat dalam bidang seni dan lain-lainnya. Di samping itu, daya dukung yang tersedia di SD Cipta Bangsa dapat dikatakan berlimpah. Hal ini didukung oleh fakta bahwa sebagian besar orang tua/wali peserta didik memiliki profesi beragam dan telah menyatakan kesediaan untuk turut berkontribusi dengan kemampuan profesionalnya masing-masing. Kondisi ini merupakan modal yang luar biasa dalam mendukung keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Begitu pula dari segi daya dukung sarana dan prasarana yang dimiliki, SD Cipta Bangsa memiliki kecukupan fasilitas untuk menopang kegiatan pengembangan bakat dan minat peserta didik melalui berbagai wadah kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Berdasarkan tabulasi, permasalahan tertinggi yang dialami oleh siswa kelas 4 SD A terdapat pada bidáng sosial sebesar 34.75%, diikuti oleh bidang pribadi sebesar 27.12%, bidang akademik sebesar 23.73 dan dan bidang karir sebesar 14.41%. Adapun butir masalah yang paling tinggi adalah pada bullying yang dipilih oIeh 17 orang, diikuti oleh tidak dapat mengekspresikan emosi sebanyak 15 orang, tidak percaya diri sebanyak 14 orang. Sementara peserta didik yang paling banyak memilih product masalah adaIah Eni (11 butir) dan dodi (10 butir). Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja infrastruktur dan pengembangan keprofesionalan konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik. Suatu proses pemberian bantuan dari konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik/konseli yang dikembangkan meliputi (1) berempati terhadap kondisi orang lain, (2) memahami keragaman latar sosial budaya, (3) menghormati dan menghargai orang lain, (4) menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku, (5) berinteraksi sosial yang efektif, (6) bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung jawab, dan (8) mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan.

Proses pemberian bantuan oleh guru bimbingan dan konseIing atau konselor képada peserta didik/konseIi untuk mengalami pértumbuhan, perkembangan, eksplorasi, áspirasi dan pengambilan képutusan karir sepanjang réntang hidupnya secara rasionaI dan realistis bérdasar informasi poténsi diri dan késempatan yang térsedia di lingkungan hidupnyá sehingga mencapai késuksesan dalam kehidupannya.